Kewirausahaan, baik sebagai praktik maupun sebagai ilmu pengetahuan, tidak bisa lepas dari lingkungan kebudayaan dan sejarah yang mengitarinya. Itu sebabnya pengajaran kewirausahaan juga harus bisa memperhatikan lingkungan sosial yang ada di sekitarnya. Di Indonesia, misalnya, pengajaran kewirausahaan harus bisa menjawab pertanyaan, kenapa kalau kita mendengar kata pecel lele selalu identik dengan Lamongan, ketok magic identik dengan Blitar, warung burjo dengan Kuningan, tukang cukur dengan Asgar (Asli Garut), tukang perabot dan tukang kredit dengan Tasikmalaya, soto dengan Kudus atau Klaten, warung bakso dengan Imogiri dan Malang, serta profesi pengacara dengan Batak?
ISBN: dalam proses pengajuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar